Rabu, 17 November 2010

44 (Four For), for nation, for religion, for us, for next education

Dilema... itulah yang dikatakan sebagian pemuda (khususnya yang terpelajar) untuk menentukan langkah ke jenjang yang lebih tinggi. Untuk pelajar SMA kelas 3 (khususnya gw), sudah barang wajib memiliki target dalam bidang tertentu, as we know, "tidak mencapai target adalah lebih baik daripada tidak mempunyai target".

Sebagian siswa tersebut telah mempunyai target (mungkin di sebut universitas dan program studi tertentu) yang dicukupi intelejensinya, minatnya, bakatnya, dan support dari orang tuanya. Untuk siswa tersebut, gw ucapkan congratulations!. Karena lo tidak akan mengalami hal yang akan gw bahas di sini, lanjuttttttttt...

Kita anggap kita adalah siswa yang akan lulus dengan kepintaran yg cukup, lalu kita memiliki universitas impian dan pekerjaan impian, akan tetapi di lain sisi, orang tua kita juga menyadari potensi kita dan telah menentukan universitas impian dan pekerjaan impian mereka untuk kita. Di sini akan terjadi konflik (bukan cuma konflik batin, ada juga yang sampai minggat dari rumah bro!) antara kemauan kita dan kemauan si orang tua kita. Jujur ini juga terjadi ama gw, dan gw punya paham sendiri untuk melihatnya.

Hun, tahukah kalian kalau semua pekerjaan adalah sama? Entah itu supir taksi, dokter, atau guru. Yang membedakan hanyalah keprofesionalitasan dan dedikasi kita yang membuat pekerjaan kita bernilai super daripada orang lain.

Gw perjelas, di Jepang sana, supir taksi akan diberi nilai sama dengan akuntan. Mereka saling menghormati, menghargai, dan membutuhkan satu sama lain. Lain dengan negara asia tenggara yang diapit oleh 2 samudera dan 2 benua ini, di sini terjadi diferensiasi hormat antara pembersih lingkungan (maaf, tukang sampah) dengan pilot. Mungkin, tingkat kemapanan lah yang membuat sudut pandang masyarakat kita terhadap masalah ini. Inilah tolak ukur orang tua kita (generally) untuk masa depan kita. Isn't a wrong view

Terkadang orang tua kita memberi opsi pekerjaan yang mapan, contohnya birokrat, sedangkan kita sendiri memimpikan bahwa kita adalah seorang sarjana tambang yang jelas bertolak belakang dengan abdi negara. Di sini, kedewasaan anak kelas 3 SMA sangat di perlukan kawan, tidak ada salahnya menuruti orang tua, karena mereka pasti tahu yang terbaik bagi kita, tapi jika anda-anda sekalian merasa di pekerjaan itu adalah gw , dan terucap kalimat "di sana hidup gw", maka anda harus terus mengejarnya. Saya berikan contoh begini, pabrik tentu tahu tentang motor dan kelistrikannya, akan tetapi yang lebih tahu adalah pemilik motor itu sendiri. Begitu juga kita dan orang tua kita. Jika kita mencintai pekerjaan kita dan jalan hidup kita, akan muncul ide dan inovasi berharga. Kita juga harus siap menanggung semua resiko langkah dan pekerjaan yang akan kita ambil, karena kita telah mengganti merk celana dalam kita dari Young Kids menjadi Young Man. Sehingga supir taksi berdedikasi dan profesional akan mampu menjadi supir perdana menteri yang berpenghasilan lebih tinggi dari seorang insinyur sipil. Inovasi itu berguna dan akan sangat berjarga, for us, for our religion, even for our nation. Dan inovasi akan muncul dari kecintaan kita terhapad pekerjaan kita...Percaya saya (Trust Me!)


Tuan-tuan, mimpi adalah habitat dari harapan. Karenanya, orang yang bunuh diri adalah orang yang tidak lagi mempunyai mimpi. Berdedikasilah and chase your dream!